Followers

free counters Personal Blogs - BlogCatalog Blog Directory Health Blogs - Blog Rankings

Apakah Anda :

Antara Trend dan Pola Hidup Sehat

Posted by Me.. Monday, October 26, 2009

Warung dengan ukuran tidak lebih dari 16m2 dengan dinding bambu bercat putih di sebuah perkampungan kecil ini cukup menyiratkan suatu kesederhanaan. Sepintas lalu tidak ada yang membedakan keberadaannya dengan kedai-kedai makan pada umumnya, kecuali label ‘vegetarian’–yang terpampang di muka kedai. Spanduk itu secara jelas dapat memberikan informasi bahwa tempat makan ini khusus menyajikan masakan non-daging, menu makanan vegetarian.

Tempat yang menyajikan menu seperti ini masih dapat dikatakan sedikit. Pengunjung yang tidak terbatas dari kalangan vegetarian saja membuktikan bahwa kedai seperti ini memiliki harga yang tidak jauh berbeda dengan kedai pada umumnya. Harga mahasiswa, orang menyebutnya demikian. Para pengelolanya pun beberapa diantaranya berasal dari kalangan mahasiswi/a juga.

Tidak bisa dipungkiri, hadirnya kedai vegetarian patut mendapat acungan jempol. Keberaniannya untuk bersaing melawan selera publik pada akhirnya tidak dapat dipandang sebelah mata. Terlebih lagi mengingat kecenderungan masyarakat kita, khususnya masyarakat perkotaan yang sudah sangat biasa dan terpola untuk menjadi pemakan segala (omnivora). Sudah menjadi pandangan umum bahwa makanan enak identik dengan makanan berdaging. Tidak aneh jika melihat menjamurnya berbagai kedai makan yang ada dengan kekhasan hidangannya masing-masing, sangat mengandalkan citarasa sebagai daya tarik utama. Sebut saja ayam goreng Suh****, Kaw**** restaurant, Piz*****, KF*, sampai kedai makan di tepi-tepi jalan raya layaknya kedai burger ataupun kedai ayam goreng ala barat (fried chicken), semuanya seakan berlomba untuk memenuhi motif kenikmatan rasa para pembelinya. Pada kenyataannya, menu yang ditawarkan lebih didominasi oleh masakan berdaging.

Pola vegetarian tanpa disadari menjadi sebuah gaya hidup baru dalam perkembangan zaman saat ini. Latar belakang, motif, atau alasan yang sangat variatif menjadi sebuah realita yang menarik untuk dibicarakan. Mulai dari motif yang melandasi, muatan nilai kemanusiaan yang mau disampaikan, sampai pada relevansinya terhadap realitas sosial-ekonomi masyarakat kita dewasa ini.



Motif yang Beragam

Berdasarkan hasil dari suatu penelitian, urusan menikmati makanan enak merupakan kesenangan duniawi yang mendapatkan tempat di urutan kedua setelah kenikmatan seksualitas. Hal ini setidaknya memberikan gambaran bahwa untuk menjadi seorang vegetarian bukanlah hal mudah, mengingat harus dihilangkannya kebiasaan mengkonsumsi makanan berdaging.

Dari asal katanya, vegetarian banyak diduga berasal dari kata vegetable (sayur-sayuran). Pada kenyataannya ia berasal dari bahasa latin ‘vegetus’ yang berarti ‘aktif’, ‘yang hidup’, ‘teguh’, ‘bergairah’, dan ‘kuat’. Di Inggris, istilah tersebut sempat dipakai untuk mengatakan seseorang yang kuat dan sehat.

Vegetarianisme secara definitif dipahami sebagai praktek tidak makan daging, unggas, ikan, ataupun produk sampingannya, dengan ataupun tanpa penggunaan dairy atau telur.

Dalam sejarah keberadaannya, pola hidup semacam ini mulai diperkenalkan melalui ajaran agama Hindu, dan Buddha di India sebelum masehi. Dalam perkembangannya hingga jaman modern saat ini, gaya hidup non-daging ini masih terus diterapkan oleh berbagai kalangan masyarakat, tentunya dengan dibarengi perkembangan konsep dan tinjauan yang lebih ilmiah. Di Inggris, organisasi vegetarian mulai didirikan pada tahun 1809, selanjutnya berkembang ke Amerika pada tahun 1847. Kemudian meluas ke seluruh belahan dunia hingga akhirnya mengimbas ke Indonesia saat ini.

Sejalan kemajuan ilmu kesehatan dan gizi, telah terjadi suatu perubahan mendasar mengenai konsep makanan sehat yang kemudian dikenal dengan revolusi makanan pada tahun 1991. Physician Committe for Responsible Medicine, sebuah lembaga penelitian di AS, telah merevisi konsep Empat Sehat Lima Sempurna dengan menggantikan elemen daging menjadi legum (kacang-kacangan). Lebih tingginya asam amino sebagai pembentuk protein, dan tidak adanya kandungan kolesterol pada kacang merupakan nilai lebih jika dibandingkan dengan daging.

Berita-berita mengenai hewan tertentu yang terjangkit virus yang membahayakan manusia beberapa tahun terakhir ini, seperti kasus virus sapi gila [madcow disease] di Eropa (tahun 1997), dan flu unggas yang menyerang ayam di Hong Kong (1998). Demikian juga dengan kasus virus babi Jepang [Japanese encephalitis virus] yang melanda Malaysia sebagai negara penghasil babi terbesar dunia (tahun 1999), dan terakhir terjangkitnya ternak kambing oleh virus antrax yang mematikan. Tidak bisa dipungkiri, kasus-kasus tersebut telah menimbulkan ‘ketakutan’, hingga pada akhirnya ikut mengubah selera makan kebanyakan orang menjadi vegetarian atau setidaknya mengurangi konsumsi daging.

Di samping alasan kesehatan, aspek spiritual yang menjadi pendorong dari gerakan ini melihat hidup vegetarian merupakan suatu proses pengembangan semangat cinta kasih, pengendalian diri dan wujud kepedulian akan kehidupan dunia yang harus berawal dari dalam diri. Secara sederhana, usaha untuk menghindari pembunuhan terhadap sesama makhluk dapat diwujudkan dengan hidup bervegetarian. Bagi penganut jalur spiritual murni, kebiasaan makan daging diyakini akan menghambat kemajuan batin seseorang untuk dekat kepada Tuhannya. Khususnya bagi yang mempercayai adanya hukum karma dan kelahiran kembali, ada sebuah keyakinan yang mengatakan bahwa dengan memakan daging, nantinya manusia akan menerima akibat dari tindakan ini.

Segi etika dan lingkungan hidup juga menilai positif dan mendukung terhadap gaya hidup nondaging tersebut. Satu dari beberapa kedai vegetarian yang terdapat di kota Yogyakarta, tepatnya di daerah selatan keraton, didirikan oleh beberapa anggota Greenpeace dari Jerman, dengan motif lingkungan hidup. Mereka mendasari kegiatan pola makan vegetarian sebagai gerakan turut peduli akan lingkungan hidup. Penerapan pola makan nabati daripada pola makan hewani merupakan salah satu anjuran terhadap masyarakat, dalam usaha ikut mengurangi pemanasan global. Perlu diketahu pula, pembukaan lahan untuk mendukung peternakan, seringkali harus dilakukan dengan penggundulan hutan. Selain itu, kontribusi akumulasi kotoran ternak juga menjadi faktor pendukung terbentuknya gas rumah kaca.



Vegetarian, Pengetahuan dan Kesadaran

Dalam kenyataannya, gaya hidup vegetarian pada masyarakat yang mampu secara ekonomi, ternyata kian populer dan diminati. Kecenderungan gaya hidup seperti ini nampaknya sudah mulai menggejala di mana-mana, mengarah pada suatu tren tersendiri. Bahkan dari kalangan selebritis dunia seakan tidak mau ketinggalan dalam hal ini.

Beberapa tahun terakhir ini, di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya telah muncul sejumlah restoran vegetarian dengan harga sangat terbatas bagi kalangan tertentu saja. Bahkan tidak jarang pesta perkawinan, dan ulang tahun pun kerap menampilkan menu khusus vegetarian. Kecenderungan semacam ini nampaknya menjadi sebuah indikasi terhadap berbagai kemungkinan. Kesadaran akan pola hidup sehat, pendekatan spiritual, kecintaan terhadap lingkungan mulai tumbuh seiring dengan meningkatnya rasio masyarakat.Menjadi sesuaikah jika dikatakan pola vegetarian adalah salah satu cermin masyarakat yang modern?



Relevansi dengan keadaan saat ini

Menengok kembali keberadaan kedai vegetarian yang pada dasarnya memiliki segmen tidak terbatas pada kalangan ekonomi atas, mestinya dapat lebih luas dijangkau masyarakat kebanyakan. Ironisnya, pola hidup nabati semacam ini kerap kali identik dengan gaya hidup glamour bagi kalangan "atas" saja.

Perkenalan dengan dunia vegetarian sebenarnya sudah berlangsung lama. Masyarakat Jawa misalnya, mengenal kebiasaan prihatin yang disebut mutih, artinya hanya makan nasi dan minum air putih. Ada lagi ngrowot, yang cuma makan umbi-umbian dan air putih. Ada juga masa prihatin yang sekadar mengurangi makanan dari daging, telur dan ikan. Selain itu, keadaan bangsa yang sedang mengalami krisis ekonomi mengakibatkan berkurangnya daya beli terhadap daging. Dengan kata lain, pola hidup semacam ini sudah dimiliki masyarakat kita yang sebagian besar berasal dari kalangan ekonomi lemah. Trend, kesadaran, atau akibat kemiskinan??

(N. Yanuarko Setiawan)

0 comments

Vegetarian

Categories

Blog Archive

detiknews

All About Vegetarian

DWK Blog

DWK News

Get more followers Get more followers