"Vegetarian adalah cara menuju anak cerdas," tegas Ratu Ayu Dewi Sartika, Ketua Jurusan Pasca Sarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dalam seminar "Manfaat Vegetarian Bagi Kecerdasan" yang digagas Indonesian Vegetarian Society di Jakarta, baru-baru ini.
Lebih jauh dia menjelaskan, sebagian besar masyarakat cenderung menganggap pola hidup vegetarian pada anak penyebab kekurangan gizi atau gizi buruk. Padahal, kata dia, hal itu tergantung dari asupan makanan yang diberikan dan kecerdasan sang ibu dalam memilih lauk sekalipun menerapkan pola vegetarian.
"Pola hidup vegetarian tidak akan membuat anak kekurangan gizi. Jadi, orang tua tak perlu khawatir. Asalkan, harus dilihat jenis makanannya. Salah satunya pemilihan makanan, semisal nabati yang mengandung asam lemak esensia sebagai asupan makanan," tegasnya.
Beberapa jenis asam lemak esensial seperti asam lemak omega 3, asam lemak omega 6 dan asam lemak omega 9 terkait langsung dengan pembentukan jaringan otak. Ketika bayi, kebutuhan tiga komponen terdapat dalam air susu ibu. Sementara saat berusia 6 bulan hingga 2 tahun, bayi mendapat tambahan ketiga asam omega dari makanan-makanan yang sehat seperti sayur mayur, kacang-kacangan dan biji-bijian.
Maka dari itu, kata dia, pola hidup vegetarian yang tidak mengkonsumsi daging terjamin kebutuhan asam lemak omega dengan mengkonsumsi sayur mayur, biji-bijian, dan kacang-kacangan. "Terkadang, masyarakat kita masih terbatas pengetahuannya terkait sayur-mayur. Tidak mungkinlah, mereka harus makan yang itu-itu saja," imbuhnya.
Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan asam omega 3. Anak bisa diberikan konsumsi seperti biji-bijian macam wijen, kedelai dan jagung atau memanfaatkan hasil olahannya semisal minyak wijen, minyak jagung dan minyak kedelai. Sementara khusus sayur mayur bisa diberikan sayuran yang berwarna hijau.
Untuk kebutuhan asam lemak omega 6, anak bisa diberikan asupan makanan berupa kacang-kacangan, jagung, wijen dan biji matahari atau bisa juga memanfaatkan olehannya seperti minyak wijen, minyak jagung, kacang tanah dan minyak bunga matahari.
Menurut Ratu, Asam lemak omega 6 memiliki posisi strategis, sebab merupakan bahan pembentuk AA (Arachidonic acid) dan DHA (Docosahexaenoic) yang nantinya akan mempengaruhi pembentukan jaringan otak.
"Asupan omega 6 untuk bayi hanya 20 mg saja dalam sehari, bisa diberikan oleh ibu melalui asi, sedangkan ketika menjejaki usia 6 bulan dan 2 tahun melalui makanan nabati tadi," paparnya.
Untuk memenuhi kebutuhan akan asam lemak omega 9, orang tua bisa juga memberikan asupan makanan berupa minyak zaitun dan kacang-kacangan lain, semisal, kacang polong, kacang hijau dan kacang tanah.
"Pernah ada kerabat saya yang menyarankan untuk mengkonsumsi kuaci, karena menurut dia kayak akan asam lemak esensia. Masalahnya, anak kecil tidak biasa dengan makan kuaci karena lebih terbiasa dengan makan pop corn atau makanan ringan yang minim gizi," paparnya.
Zat lainnya yang diperlukan guna menunjang pembentukan kecerdasan pada anak vegetarian adalah zat besi dan zinc (seng) yang juga terdapat pada sayur-mayur. Khusus Zinc, jelasnya, merupakan zat yang kini diteliti para ilmuwan karena diyakini mampu mendukung pembentukan sel otak.
"Kadang informasi yang diperoleh ibu cenderung terbatas. Jadi, ibu harus lebih rajin untuk mencari informasi.Yang perlu diperhatikan, pemilihan sayur, cara pengolahan agar sayur-mayur bebas pestisida dan zat-zat yang terkandung tidak berubah," tegasnya.
Informasi Mendalam
Penerapan pola hidup vegetarian oleh orang tua sebaiknya dilakukan secara mendalam. Ada baiknya, orang tua memberikan informasi yang diperlukan secara perlahan guna memantapkan si anak untuk mengikuti pola makan tanpa daging.
Menurut Ratu, pengetahuan akan informasi terkait pola vegetarian harus diperkuat guna mengatasi godaan pada anak untuk mengabaikan keyakinan guna menghindari makan daging. Peran orang tualah yang menjembatani antara keyakinan anak dengan pola hidup vegetarian.
"Berilah pengertian secara perlahan namun intens terhadap anak terkait vegetarian. Mulailah dari memberikan informasi dan lalu praktekan pemberian sayur mayur dalam menu keseharian. Dari situ, anak akan tahu dengan sendirinya apa yang diterapkan sang ibu padanya," tuturnya.
Disamping itu, anak dengan sendirinya akan menyadari apa yang harus dia hindari. Sebab, kata ratu, menjadi vegetarian pada usia dini bukanlah tanpa hambatan. Justru pada usia demikian, anak harus menghadapi lingkungan yang mungkin berbeda dari apa yang dia tahu.
Bagi vegetarian, kacang kedelai merupakan sumber protein utama yang banyak digunakan. Tercatat, kandungan protein kedelai mencapai 11 kali lebih banyak daripada susu, 2 kali dari daging dan ikan, 1,5 kali lebih banyak dari keju dan yang terpenting adalah kandungan lesitin (zat penguat daya ingat pada otak).
Meski begitu, kata Ratu, potensi kedelai terlalu awam bagi masyarakat. Sebagian besar masyarakat cenderung masih percaya susu sapi sebagai sumber utama protein anak. Padahal anak yang mengkonsumsi susu kedelai akan memperoleh banyak manfaat. Susu kedelai merupakan sumber vitamin (B1, B2, B6, provitamin A dan E), sumber mineral (Kalsium, magnesium, selenium, fosfor), sumber karbohidrat dan sumber asam lemak esensial.
"Namun hati-hati dengan susu kedelai palsu yang kerap beredar di masyarakat. Rata-rata banyak menggunakan pemutih yang berbahaya bagi tubuh," tegasnya.
Tak hanya susu, kacang kedelai pada tempe juga menghadirkan kekayaan protein yang luar biasa. "Jika kita mengkonsumsi tempe setiap hari, hal itu dapat memenuhi 62% kebutuhan protein yang diperlukan tubuh, 35% riboflavin, 34% magnesium, 108% mangan dan 425 tembaga," paparnya.
Lebih jauh dia menjelaskan, mengkonsumsi tempe akan memenuhi kebutuhan asam lemak esensial 24 kali lipat. Nilai serat, vitamin, efisien protein dan nilai asam lemak bebasnya jauh lebih baik. Selain itu, tempe juga mengandung zat besi yang cukup tinggi sekitar 4mg/100 gram tempe.
Fakta Penelitian
Sejumlah pertanyaan terkait pola hidup vegetarian memang selalu mengemuka dipikiran masyarakat. Pertanyaan yang paling sering muncul adalah kebenaran terkait pola hidup vegetarian dengan pembentukan kecerdasan pada anak. Sebabnya, beberapa penelitian dilakukan guna menghadirkan jawaban yang memuaskan bagi para orang tua yang dirinya vegetarian tapi tak ingin sang anak kekurangan gizi lantaran mengikuti kedua orang tuanya yang tidak makan daging.
Salah satu penelitian yang menggambarkan status gizi balita vegetarian dan non vegetarian terjadi pada tahun 2008 lalu. Dalam tesis karya Dr. Susianto MKM yang berjudul " Analisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan Status Gizi Pada Balita Vegetarian dan non-Vegetarian di Jakarta tahun 2008" disebutkan tidak ada bayi vegetarian yang menderita gizi kurang apalagi gizi buruk sebaliknya pada bayi vegetarian terdapat kelebihan berat badan.
Kesimpulan tersebut tergambar dari hasil penelitian yang mencatat Prevalensi obesitas bayi vegetarian sebesar 5.3% dan bali non vegetarian 12.3%, 13.3 % bayi vegetarian dan 8.2% non vegetarian yang gemuk, 56 % balita vegetarian dan 57.5% non vegetarian yang berstatus gizi normal, namun terdapat 25.3% bali vegetarian dan 21.9% non vegetarian yang beresiko kegemukan.
Penelitian mengambil sampel 148 balita dengan rincian 75 vegetarian dan 73 non vegetarian yang terpilih secara purpose sampling.
0 comments